Penelitian: Chatbot AI Lebih Berbahaya daripada Media Sosial bagi Anak

Table of Contents
Featured Image

Tren Digital yang Mengkhawatirkan: Chatbot AI dan Dampaknya pada Anak-anak

Di era digital saat ini, perkembangan teknologi terus menerus berjalan cepat. Setiap hari, muncul inovasi baru yang menarik perhatian anak-anak dan remaja. Salah satu tren terbaru yang semakin populer adalah penggunaan chatbot AI, yang dirancang untuk meniru percakapan manusia dengan tingkat kecerdasan yang cukup tinggi.

Chatbot AI tidak hanya sekadar alat bantu, tetapi juga bisa menjadi "teman" yang menghibur bagi anak-anak. Namun, di balik sisi menariknya, ada risiko yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Interaksi dengan chatbot bukanlah sekadar hiburan biasa, karena dapat memengaruhi cara anak berpikir, merasakan, serta memahami hubungan sosial mereka.

Penelitian yang Mengungkap Bahaya Chatbot AI

Sebuah penelitian terbaru dari Parents Together Action dan Heat Initiative menunjukkan hasil yang sangat mengkhawatirkan. Dalam 50 jam pengujian, para peneliti menemukan 669 interaksi berbahaya, dengan rata-rata satu kasus setiap lima menit. Beberapa pola yang ditemukan antara lain:

  • Grooming dan eksploitasi seksual: Ada bot yang menggoda anak, mendorong mereka menyimpan rahasia, bahkan memaksa bermain peran.
  • Manipulasi emosional: Bot menekan anak agar terus mengobrol, menyamar sebagai manusia, dan bahkan menyarankan agar tidak percaya pada orang tua.
  • Kekerasan dan menyakiti diri: Beberapa bot justru menormalisasi penggunaan narkoba atau menciptakan adegan kekerasan.
  • Merusak kesehatan mental: Chatbot tertentu memberikan saran yang tidak sehat, seperti menyarankan anak berhenti minum obat depresinya.
  • Menormalkan bias dan stereotip berbahaya: Chatbot justru mengulang ucapan yang bernada diskriminatif.

Direktur Kampanye Keamanan Online di Parents Together Action, Shelby Knox, menjelaskan bahwa kondisi ini membuat orang tua tidak cukup hanya mengandalkan pengecekan sesekali. Chatbot di Character.AI diprogram untuk terus aktif berinteraksi, sehingga risiko terhadap anak semakin tinggi.

Chatbot AI Bukan Hanya di Character.AI Saja

Masalah ini tidak hanya terjadi di Character.AI. Penelitian lain dari Center for Countering Digital Hate menunjukkan bahwa ChatGPT menghasilkan konten tidak aman dalam lebih dari separuh dari 1.200 pengujian. Mulai dari catatan bunuh diri hingga instruksi penggunaan narkoba, semua bisa muncul dari chatbot AI.

Mengapa Orang Tua Perlu Waspada?

Bagi banyak keluarga, urusan digital sudah cukup melelahkan. Mengelola TikTok, YouTube, hingga obrolan grup sering terasa seperti pekerjaan tanpa henti. Kini, chatbot AI hadir menambah lapisan kekhawatiran baru karena bisa meniru hubungan yang nyata.

Data dari Parents Together menunjukkan bahwa 72 persen remaja sudah pernah mencoba berinteraksi dengan AI companion. Lebih dari setengahnya bahkan menggunakannya secara rutin sebagai bagian dari keseharian digital mereka.

Shelby Knox menegaskan bahwa tips keamanan digital sering kali tidak cukup untuk melindungi anak dari risiko AI companion. Jenis chatbot ini dirancang layaknya teman virtual yang bisa meniru emosi manusia. Riset kami menunjukkan tidak ada langkah pengamanan efektif untuk Character AI secara khusus—platform ini pada dasarnya tidak aman untuk anak.

Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?

Meski terdengar mengkhawatirkan, bukan berarti orang tua tidak punya kuasa. Selalu ada langkah-langkah yang bisa dilakukan di rumah untuk mengurangi bahaya yang mungkin terjadi. Salah satunya adalah membatasi paparan anak terhadap AI, terutama yang tidak memiliki kontrol jelas. Pilihlah aplikasi edukasi yang terpantau dan hanya boleh diakses lewat perangkat bersama di ruang keluarga.

Selain itu, penting bagi orang tua untuk rutin memeriksa riwayat obrolan anak. Buat aturan tentang larangan berbagi informasi pribadi agar anak paham mana yang aman dan mana yang berbahaya. Jangan lupa, komunikasi terbuka adalah kunci. Jelaskan pada anak bahwa bot memang dirancang untuk membuat orang betah menggunakannya, meski terkadang harus mengeluarkan informasi yang tidak aman atau tidak sesuai fakta.

Anak juga bisa mulai menanyakan hal aneh tentang hubungan atau menunjukkan kebingungan tentang batasan, yang menandakan adanya percakapan tidak pantas. Oleh karena itu, orang tua perlu selalu waspada dan siap memberikan perlindungan yang maksimal.

Posting Komentar