8 Fakta Penyebaran Covid-19 Varian Nimbus, Apa Gejalanya?

Kasus Covid-19 belakangan ini kembali meningkat seiring dengan munculnya varian baru yang disebut dengan Nimbus atau dikenal sebagai nama resmi NB.1.8.1. Varian ini ditetapkan sebagai varian under monitoring (VUM) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Untuk memahaminya lebih lanjut, Mama perlu mengetahui apa itu Covid-19 varian Nimbus serta apa saja gejala yang perlu diwaspadai. Berikut Karir Digital siap membahas lebih lanjut fakta penyebaran Covid-19 varian Nimbus .
1. Mengenal Covid-19 varian Nimbus

Varian Nimbus NB.1.81 adalah turunan dari varian Omicron. Pada Januari 2025, varian ini telah menyebar cepat ke seluruh wilayah Asia dan negara lainnya, termasuk Amerika Serikat.
WHO akan terus memantau perkembangan varian Nimbus akibat penyebarannya semakin meningkat dan risiko terkena dampaknya terhadap masyarakat. Menurut bukti yang ada, masyarakat tetap perlu waspada dan tidak panik demi mengurangi risiko terkena virus.
Layaknya varian Omicron sebelumnya, Nimbus cenderung lebih mudah menular. Namun, hingga saat ini, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa varian Nimbus menyebabkan penyakit lebih parah dari varian sebelumnya.
Berdasarkan data awal laboratorium dan uji klinis, vaksin Covid-19 yang telah diperbaharui, seperti vaksin bivalen dan vaksin booster berbasis XBB masih efektif melindungi tubuh dari gejala berat.
Meski begitu, infeksi virus masih berpotensi terjadi, khususnya pada orang-orang yang memiliki sistem imun lemah atau belum menjalani vaksinasi.
2. Gejala Covid-19 varian Nimbus dan cara pencegahan

Gejala yang paling umum dari Covid Nimbus meliputi batuk ringan, sakit tenggorokan, rasa lelah, demam, nyeri otot, serta hidung tersumbat . Dalam beberapa kasus, kondisi ini juga dapat disertai gangguan pada sistem pencernaan, seperti mual dan diare.
Vaksin Covid-19 diperkirakan masih memberikan perlindungan yang efektif terhadap infeksi maupun gejala berat akibat virus tersebut. Selain vaksinasi, seseornag dapat menurunkan risiko tertular virus dengan mengenakan masker yang menutupi hidung dan mulut saat berada di luar rumah.
Usahakan untuk menjaga jarak fisik minimal satu meter dari orang lain dan hindari area yang dipenuhi oleh kerumunan. Pastikan pula untuk membuka jendela agar sirkulasi udara di dalam ruangan tetap lancar.
Lakukan cuci tangan secara rutin atau gunakan hand sanitizer guna membunuh bakteri dan virus yang mungkin menempel. Perlu diketahui bahwa orang yang pernah terinfeksi Covid-19 tetap berisiko untuk tertular kembali.
Risiko ini juga berlaku bagi individu yang sudah menerima vaksin, meskipun kemungkinan mengalami gejala berat atau kematian cenderung jauh lebih kecil.
Oleh karena itu, penting bagi siapa pun yang belum divaksinasi untuk segera melakukannya, serta terus mematuhi protokol kesehatan dan menjalankan berbagai langkah pencegahan.
3. Termasuk varian yang memiliki dampak lebih rendah

NB.1.8.1 merupakan salah satu varian SARS-CoV-2 yang diturunkan dari varian XDV.1.5.1. Varian ini dinilai memiliki dampak yang lebih rendah terhadap kesehatan masyarakat secara global dan tidak menunjukkan gejala yang lebih berat dibandingkan dengan varian-virus sebelumnya.
Varian Nimbus mengandung sejumlah mutasi, antara lain T22N, F59S, G184S, A435S, V445H, dan T478I. Varian ini memiliki tingkat penyebaran yang tinggi serta dapat mengurangi efektivitas antibodi maupun vaksin dalam memberikan perlindungan.
4. Varian Nimbus banyak ditemukan di wilayah Amerika Serikat hingga Eropa

Pada bulan Mei 2025, varian Nimbus tercatat menyumbang 10,7 persen dari total kasus, meningkat signifikan dari 2,5 persen yang tercatat empat minggu sebelumnya. Varian ini paling banyak ditemukan di kawasan Pasifik Barat, Amerika, dan Eropa.
Hingga saat ini, belum ditemukan bukti bahwa varian NB.1.8.1 menyebabkan kondisi medis yang lebih serius dibandingkan varian lainnya.
5. Varian Nimbus telah tersebar di 22 negara

Menurut pernyataan dari juru bicara Centers for Disease Control and Prevention (CDC), varian Covid-19 NB.1.8.1 telah teridentifikasi di Amerika Serikat. Meski begitu, varian ini juga telah terdeteksi pada pelancong internasional di sejumlah bandara, termasuk di California, Washington, Virginia, dan New York.
Secara global, penyebaran varian ini berlangsung dengan cepat, terutama di wilayah China dan Hongkong. Hingga tanggal 28 Mei, varian NB.1.8.1 telah terkonfirmasi di 22 negara.
6. Benarkah Covid-19 varian Nimbus lebih menular?

Seorang ahli virologi dari Universitas Griffith, Australia, Lara Herrero, memperkirakan bahwa varian NB.1.8.1 memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi dibandingkan varian lainnya.
Dugaan ini didasarkan pada temuan bahwa varian tersebut menunjukkan afinitas pengikatan yang paling kuat terhadap reseptor ACE2 manusia dibandingkan beberapa varian lain yang telah diuji.
"Dengan menggunakan model berbasis laboratorium, para peneliti menemukan NB.1.8.1 memiliki afinitas pengikatan terkuat terhadap reseptor ACE2 manusia dari beberapa varian yang diuji, yang menunjukkan bahwa ia dapat menginfeksi sel lebih efisien daripada strain sebelumnya," tulis Dr Herrero bulan lalu di The Conversation, mengutip dari The Independent.
7. Apa pemicu varian baru Covid terus bermunculan?

Epidemiolog Dicky Budiman menjelaskan bahwa SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, merupakan jenis virus RNA yang cenderung mudah mengalami mutasi, terutama selama masih menyebar luas di tengah populasi manusia.
Setiap kali virus ini menginfeksi seseorang, maka selalu ada kemungkinan terjadi perubahan atau mutasi pada genomnya.
Sebagian besar mutasi tersebut tidak berdampak besar, namun ada beberapa yang justru dapat meningkatkan kemampuan virus untuk menular, menghindari sistem kekebalan tubuh, atau bahkan menjadi lebih sulit dideteksi oleh sistem imun
Varian seperti NB.1.8.1 merupakan turunan dari varian Omicron yang saat ini masih menjadi varian paling dominan. Varian baru muncul sebagai hasil dari proses seleksi alam, di mana varian yang mampu bertahan dan menyebar dengan lebih efisien akan lebih mendominasi.
8. Rekomendasi WHO

Para ahli masih perlu melakukan lebih banyak penelitian guna menguji sejauh mana varian Nimbus mampu menghindari respons sistem kekebalan tubuh serta menilai tingkat keparahannya.
Penelitian ini mencakup analisis menggunakan sampel darah dan virus hidup. Selain itu, WHO mendorong para peneliti untuk terus memantau efektivitas vaksin serta memperbarui panduan vaksinasi secara berkala.
Apabila mengalami gejala awal Covid-19 seperti demam, batuk, gejala mirip flu, sakit kepala, tubuh terasa lemas, dan pilek, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter agar memperoleh penanganan yang sesuai.
Dokter akan melakukan pemeriksaan medis guna memastikan apakah seseorang benar-benar terinfeksi virus Covid-19 atau tidak.
Demikian informasi seputar fakta penyebaran Covid-19 varian Nimbus . Munculnya varian baru ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk tetap waspada dan segera mengambil langkah pencegahan yang tepat.
Apa Itu Virus RSV dan Penyebabnya? Ini Bedanya dengan Flu Biasa Virus HMPV Sudah Masuk ke Indonesia, Bagaimana Cara Pencegahannya? Apa Itu Penyakit Mumps? Mengenal Infeksi Virus di Kelenjar Ludah-
Varian Nimbus NB.1.81 adalah turunan dari varian Omicron yang menyebar cepat ke seluruh wilayah Asia dan Amerika Serikat.
-
Gejala Covid-19 varian Nimbus meliputi batuk ringan, sakit tenggorokan, rasa lelah, demam, nyeri otot, serta hidung tersumbat.
-
NB.1.8.1 merupakan salah satu varian SARS-CoV-2 yang diturunkan dari varian XDV.1.5.1 dengan tingkat penyebaran yang tinggi di Amerika Serikat dan Eropa.
Posting Komentar